paud.umsida.ac.id – Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menjadi salah satu fondasi penting dalam membangun karakter dan kecerdasan anak. Dr Luluk Iffatur Rocmah MPd melalui penelitiannya di Aisyiyah 4 Pondok Jati Kindergarten, Sidoarjo membuktikan keberhasilannya dalam menerapkan center learning model atau model pembelajaran sentra, yang terbukti efektif dalam mengembangkan kecerdasan majemuk anak usia dini.
Project-Based Center Learning Model
Model pembelajaran sentra, yang juga dikenal dengan Beyond Center and Circle Time (BCCT), adalah pendekatan yang menempatkan anak sebagai pusat pembelajaran melalui berbagai kegiatan bermain. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Dr. Helen Parkhurst melalui sistem sekolah Dalton. Di Aisyiyah 4 Pondok Jati, model ini diterapkan dalam lima sentra utama: Sentra Imtaq, Sentra Persiapan, Sentra Balok, Sentra Bahan Alam, dan Sentra Bermain Peran.
“Model pembelajaran sentra memfasilitasi anak untuk bermain sambil belajar, sehingga mereka dapat mengeksplorasi potensi dengan cara yang menyenangkan,” ujar salah satu guru di TK tersebut.
Penerapan Project-Based Center Learning Model
Proses pembelajaran sentra dilakukan melalui empat tahapan utama, yaitu:
- Lingkungan Bermain: Guru menyiapkan bahan bermain sesuai sentra yang dibuka.
- Pendahuluan: Anak-anak diajak berdoa, mendengarkan cerita, dan memahami aturan bermain.
- Saat Bermain: Anak diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi permainan sesuai tema yang ditentukan, seperti membuat kapal dari balok atau merangkai kata.
- Penutupan: Anak-anak diajak untuk merefleksikan pengalaman mereka selama bermain.
“Setiap tahapan dirancang untuk merangsang perkembangan anak, mulai dari kognitif, sosial, hingga motorik,” tambah guru tersebut.
Hasil dan Dampak Penerapannya
Hasil penerapan model pembelajaran sentra di Aisyiyah 4 Pondok Jati menunjukkan perkembangan signifikan pada berbagai aspek kecerdasan anak. Menurut hasil observasi, anak-anak tidak hanya lebih mandiri tetapi juga lebih aktif dalam berinteraksi dengan lingkungan. Mereka mampu mengaitkan pengetahuan yang didapatkan di sekolah dengan kehidupan sehari-hari.
“Anak-anak menjadi lebih percaya diri dan kreatif dalam mengungkapkan ide mereka,” ujar seorang guru lainnya.
Tantangan dan Harapan
Meskipun terbukti efektif, penerapan model ini juga menghadapi tantangan. Salah satu hambatan utama adalah kebutuhan waktu yang lebih lama dalam persiapan dan pelaksanaan. Guru juga dituntut untuk lebih kreatif dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif.
“Harapan kami, model pembelajaran ini bisa menjadi inspirasi bagi lembaga pendidikan lain untuk meningkatkan kualitas pembelajaran anak usia dini,” kata guru tersebut.
Dengan keberhasilan ini, model pembelajaran sentra diharapkan dapat terus diadopsi dan dikembangkan, sehingga memberikan manfaat yang lebih luas bagi pendidikan anak usia dini di Indonesia.
Penulis: Mutafarida