paud.umsida.ac.id – Penelitian terbaru yang dipublikasikan oleh Dr. Choirun Nisak Aulina, M.Pd dan tim dari Universitas Negeri Surabaya mengungkapkan bahwa model pembelajaran Whole Brain Teaching (WBT) mampu meningkatkan keterampilan sosial siswa usia dini secara signifikan. Studi ini dilakukan di beberapa lembaga TK di Sidoarjo dan dipublikasikan dalam International Journal of Recent Educational Research (IJORER) Volume 5 Nomor 5 edisi September 2024.
Mengapa Whole Brain Teaching Diperlukan?
Penelitian ini menjawab persoalan yang selama ini menghambat perkembangan keterampilan sosial anak usia dini, seperti minimnya pelatihan guru, keterbatasan sarana pendidikan, hingga ketimpangan akses antar wilayah. “Anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah cenderung mengalami kesenjangan akses fasilitas pendidikan yang berdampak langsung pada keterampilan sosial mereka,” ungkap Dr. Nisak dalam penjelasannya.
Keterampilan sosial sendiri merupakan faktor penting dalam pembentukan karakter anak, mulai dari empati, kerja sama, hingga pengelolaan emosi. Tanpa pembinaan yang tepat, anak cenderung mengalami hambatan dalam interaksi sosial dan proses adaptasi, bahkan hingga jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Melalui pendekatan menyeluruh yang mencakup stimulasi otak kiri dan kanan secara bersamaan, model WBT diyakini mampu menciptakan lingkungan belajar yang aktif, menyenangkan, dan mendorong keterlibatan emosional serta kognitif siswa.
Bagaimana Penelitian Ini Dilakukan?
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen desain one-group pretest-posttest. Peneliti melibatkan 60 siswa dari TK Darussalam Candi, Thoriqussalam, dan Masyitoh di Kabupaten Sidoarjo. Anak-anak tersebut diuji kemampuan sosialnya sebelum dan sesudah intervensi pembelajaran menggunakan WBT.
Adapun keterampilan sosial yang diukur meliputi lima dimensi utama: keterampilan hubungan teman sebaya, pengendalian diri, keterampilan akademik, kepatuhan, dan keberanian menyampaikan pendapat (assertion). “Kami menggunakan instrumen kuesioner terstandar dan hasilnya dianalisis dengan bantuan SPSS versi 23,” jelas Fajar Arianto, rekan peneliti sekaligus penulis koresponden dalam studi ini.
Hasilnya menunjukkan peningkatan skor rata-rata yang signifikan pada seluruh dimensi: hubungan teman sebaya meningkat 1,62 poin, pengendalian diri 1,52 poin, akademik 1,58 poin, kepatuhan 1,82 poin, dan keberanian menyampaikan pendapat sebesar 1,53 poin.
Uji paired sample t-test menunjukkan bahwa seluruh hasil tersebut signifikan secara statistik dengan nilai p-value < 0,05. “Artinya, model WBT secara nyata mampu meningkatkan keterampilan sosial anak,” tegas Nisak.
Apa Implikasi Model Ini untuk Pendidikan Anak Usia Dini?
Hasil studi ini menegaskan bahwa model Whole Brain Teaching tidak hanya berdampak pada pencapaian akademik, tetapi juga mendukung pembentukan karakter anak. Teknik-teknik seperti “Class-Yes” untuk membangun kontrol diri dan kedisiplinan, hingga “Teach-Okay” untuk memperkuat keterampilan komunikasi dan empati, terbukti efektif diterapkan pada anak usia dini.
“WBT itu aktif, menyenangkan, dan inklusif. Ini penting untuk anak-anak yang sedang dalam fase membangun jati diri sosial dan emosional,” kata Siti Masitoh, salah satu anggota tim peneliti.
Selain itu, penelitian ini juga merekomendasikan pentingnya pelatihan guru secara menyeluruh agar dapat menerapkan WBT secara optimal. “Model ini membutuhkan guru yang bukan hanya terlatih secara pedagogik, tetapi juga mampu menciptakan suasana belajar yang kolaboratif dan reflektif,” tambahnya.
Dengan fokus pada pendidikan karakter dan keterampilan hidup, penerapan WBT sangat sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan anak usia dini secara holistik. “Kami berharap hasil riset ini dapat menjadi rujukan bagi lembaga PAUD dan pengambil kebijakan pendidikan dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih inovatif,” tutup Nisak.
Penulis: Mutafarida