paud.umsida.ac.id – Pembelajaran fiqih di lembaga pendidikan Islam, seperti yang diterapkan di Muhammadiyah Boarding School (MBS) A.R. Fachruddin Yogyakarta, terus mengalami inovasi untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang kompleks. Salah satu pendekatan yang semakin populer adalah penggunaan metode mind mapping dalam pembelajaran fiqih berbasis Kurikulum Timur Tengah. Penelitian yang dilakukan oleh Dr Ida Rindaningsih MPd. dan rekan-rekannya di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) bertujuan untuk mengidentifikasi implementasi dan dampak dari pendekatan ini di MBS A.R. Fachruddin Yogyakarta.
Tantangan Pembelajaran Fiqih dan Pentingnya Inovasi
Pembelajaran fiqih di lembaga pendidikan Islam menghadapi berbagai tantangan. Salah satu yang utama adalah kerumitan materi yang harus dipahami oleh siswa, terutama karena fiqih berkaitan dengan hukum Islam yang memiliki banyak prinsip dan detil yang harus dipahami dengan baik. Sebagai cabang ilmu yang memerlukan pemahaman mendalam, fiqih sering kali diajarkan melalui metode tradisional seperti talaqqi, yang hanya mengandalkan hafalan dan penjelasan guru.
Namun, Kurikulum Timur Tengah yang diterapkan di MBS A.R. Fachruddin Yogyakarta memiliki karakteristik berbeda. Pengajaran dilakukan dengan pendekatan talaqqi, yang mengharuskan siswa untuk memahami teks secara langsung dari guru. Metode ini cenderung monoton dan membatasi interaksi aktif siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih inovatif, seperti mind mapping, diperlukan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang rumit, terutama pada topik fiqih seperti Zakat Fitrah.
Menurut Dr Ida Rindaningsih, penggunaan mind mapping dalam pembelajaran fiqih di MBS A.R. Fachruddin Yogyakarta terbukti efektif dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, mempermudah proses menghafal, serta mendorong keterampilan berpikir kritis dan analitis siswa. “Mind mapping memudahkan siswa untuk mengorganisir informasi secara sistematis dan logis, yang sangat berguna dalam mempelajari fiqih yang memiliki banyak konsep abstrak,” ungkapnya.
Implementasi Mind Mapping pada Pembelajaran Fiqih
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, yang bertujuan untuk menggali lebih dalam fenomena yang terjadi dalam pembelajaran fiqih di MBS A.R. Fachruddin Yogyakarta. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan guru pengampu fiqih dan 30 siswa kelas IX yang terlibat dalam pembelajaran menggunakan mind mapping. Proses observasi juga dilakukan untuk menilai bagaimana siswa mengaplikasikan metode ini dalam pembelajaran mereka.
Implementasi mind mapping pada pembelajaran fiqih dilakukan dalam tiga tahap utama: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap perencanaan, guru menyiapkan peta konsep fiqih yang akan diajarkan, dimulai dengan topik Zakat Fitrah. Tahap pelaksanaan melibatkan guru yang membuat mind mapping di papan tulis dan menjelaskan poin-poin materi kepada siswa. Poin yang diajarkan mencakup pengertian zakat fitrah, dalilnya, syarat wajib, kriteria penerima, serta manfaat zakat. Di tahap evaluasi, siswa diminta untuk membuat mind mapping mereka sendiri sebagai tugas kelompok, yang kemudian dipresentasikan di depan kelas.
Meskipun efektif, penelitian ini juga mengidentifikasi beberapa hambatan dalam penerapan mind mapping. Hambatan tersebut termasuk adaptasi guru terhadap metode baru, keterbatasan waktu persiapan pengajaran, dan kemampuan berpikir kritis siswa yang bervariasi. Namun, hambatan ini dapat diatasi melalui pelatihan bagi guru dan pemilihan materi yang lebih mudah divisualisasikan.
Dampak Mind Mapping pada Pembelajaran Fiqih
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi mind mapping dalam pembelajaran fiqih di MBS A.R. Fachruddin Yogyakarta memiliki dampak signifikan pada pemahaman, partisipasi aktif, dan motivasi belajar siswa. Salah satu temuan utama adalah peningkatan pemahaman siswa terhadap materi fiqih yang kompleks. Dengan mind mapping, siswa dapat lebih mudah mengingat dan mengaitkan berbagai konsep fiqih secara sistematis.
Siswa juga menunjukkan tingkat partisipasi yang lebih tinggi dalam pembelajaran. Selain itu, metode ini juga meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan analitis siswa, yang sangat penting dalam memahami materi fiqih yang membutuhkan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan mind mapping mendorong siswa untuk lebih aktif terlibat dalam diskusi kelas, berbagi pendapat, dan mengeksplorasi topik dengan cara yang lebih mendalam.
Namun, penelitian ini juga menyoroti bahwa kombinasi antara mind mapping dan metode talaqqi lebih efektif dibandingkan jika salah satu metode digunakan secara terpisah. Sebagian besar siswa merasa lebih mudah memahami materi fiqih ketika mereka mendapatkan penjelasan dari guru dan didukung dengan visualisasi melalui mind mapping.
Penulis: Mutafarida

















