paud.umsida.ac.id — Penerapan disiplin yang tepat pada anak usia dini menjadi kunci penting dalam pengembangan perilaku moral dan sosial mereka. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr Choirun Nisak Aulina MPd yang merupakan dosen Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PGPAUD) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), disiplin bukanlah sekadar penerapan hukuman, melainkan sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan kesadaran diri dan tanggung jawab tanpa kekerasan.
Disiplin yang Membentuk Karakter Anak: Peran Orang Tua dan Guru
Dalam pendidikan anak usia dini, disiplin sering kali disalahartikan sebagai bentuk hukuman fisik. Beberapa orang tua dan guru masih menganggap hukuman fisik sebagai cara yang efektif untuk mendisiplinkan anak, meskipun hal tersebut dapat menyebabkan dampak psikologis yang berkelanjutan. Dr Lina menjelaskan bahwa disiplin yang sesungguhnya mengajarkan anak untuk memahami perilaku yang benar dan salah, serta mengajarkan mereka untuk menaati peraturan secara sukarela, bukan melalui paksaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode yang mengutamakan peraturan yang jelas, konsistensi, penghargaan, dan hukuman yang bersifat mendidik jauh lebih efektif dalam membentuk disiplin pada anak. Lebih penting lagi, hal ini dilakukan melalui pendekatan yang tidak menggunakan kekerasan, baik fisik maupun verbal, dalam upaya mendidik anak.
Pengaruh Positif Disiplin pada Perkembangan Anak Usia Dini
Penanaman disiplin yang dilakukan dengan cara yang tepat dapat memperkuat keterampilan sosial dan pengendalian diri anak. Dr Lina menekankan bahwa disiplin yang baik melibatkan peraturan yang jelas dan konsisten, serta penghargaan atas perilaku positif. Konsep ini sangat penting untuk membentuk anak menjadi pribadi yang bertanggung jawab, memahami batasan sosial, dan mampu berinteraksi dengan baik dalam masyarakat.
Salah satu temuan penting dalam penelitian ini adalah bahwa disiplin pada anak usia dini harus disesuaikan dengan tahap perkembangan mereka. Pada usia bayi (0–3 tahun), anak harus dikenalkan dengan kebiasaan baik melalui keteladanan, seperti makan pada waktu yang tepat dan belajar buang air. Sedangkan pada usia kanak-kanak (3–8 tahun), disiplin lebih banyak melibatkan pengajaran tentang aturan sosial dan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain.
Menghindari Kekerasan: Disiplin yang Berbasis Kesadaran Diri
Dr Lina juga menyoroti perbedaan mendasar antara disiplin dan hukuman. Hukuman sering kali dianggap sebagai salah satu bentuk disiplin, namun pada kenyataannya, hukuman fisik hanya akan menimbulkan dampak negatif dalam jangka panjang. Anak yang dihukum secara fisik berisiko mengalami perasaan marah, agresi, dan bahkan menyembunyikan kesalahan mereka, yang dapat mengarah pada perilaku bermasalah di masa depan.
Sebaliknya, disiplin yang diterapkan dengan penghargaan, konsistensi, dan pendekatan yang mendidik akan membantu anak memahami bahwa disiplin bukan untuk menakut-nakuti mereka, tetapi untuk membantu mereka tumbuh menjadi individu yang lebih baik. Model disiplin yang digunakan oleh orang tua dan guru harus mengedepankan prinsip pengajaran dan bimbingan yang berbasis pada kesadaran diri, bukan paksaan atau kekerasan.
Disiplin sebagai Pendidikan yang Membangun Karakter Anak
Penelitian ini mengungkapkan bahwa disiplin yang efektif pada anak usia dini dapat dilakukan dengan pendekatan yang mengutamakan kesadaran diri, penghargaan, dan pembelajaran tentang peraturan sosial.
Disiplin bukan hanya sekadar hukuman, tetapi juga pengajaran yang membimbing anak untuk memahami mana yang benar dan salah serta mendorong mereka untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka. Dengan pendekatan ini, diharapkan anak-anak dapat tumbuh dengan rasa percaya diri, kemampuan sosial yang baik, dan pengendalian diri yang tinggi, yang akan berguna bagi perkembangan mereka di masa depan.
Penerapan disiplin yang tepat pada anak usia dini bukan hanya tentang menghukum perilaku buruk, tetapi lebih kepada mendidik mereka untuk memahami pentingnya aturan dan tanggung jawab. Melalui pendekatan yang mendidik dan tidak menggunakan kekerasan, anak-anak dapat belajar menjadi pribadi yang disiplin, bertanggung jawab, dan siap berinteraksi positif dengan masyarakat.
Penulis: Mutafarida