paud.umsida.ac.id – Upaya peningkatan kualitas layanan pendidikan anak usia dini dilakukan oleh tim dosen PG PAUD FPIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) melalui program pengabdian masyarakat di PAUD Al-Muslimun dan Pos PAUD Pelangi, Kecamatan Tanggulangin. Kegiatan ini difokuskan pada peningkatan kompetensi guru, perbaikan manajemen kelembagaan, serta penguatan peran orang tua dalam mendampingi perkembangan anak usia dini.
Mengapa Pendampingan Pos PAUD Dibutuhkan?
Permasalahan utama yang dihadapi Pos PAUD Pelangi dan PAUD Al-Muslimun adalah rendahnya pemahaman guru terhadap konsep pembelajaran anak usia dini yang sesuai tahap perkembangan. “Sebagian besar pengajar di Pos PAUD Pelangi bukan berasal dari latar belakang pendidikan PAUD, bahkan beberapa hanya lulusan SMA yang direkrut dari kader PKK,” ungkap Dr. Choirun Nisak Aulina, ketua tim pengabdi.
Minimnya pemahaman ini menyebabkan proses belajar tidak berpedoman pada prinsip “bermain sambil belajar”, tetapi cenderung berfokus pada kegiatan menulis dan berhitung semata. Hal ini juga diperburuk oleh keterbatasan media pembelajaran dan alat permainan edukatif (APE), yang seharusnya menjadi penunjang utama di usia emas perkembangan anak.
Kondisi ini berdampak pada motivasi belajar anak yang menurun, serta ketidaksiapan lembaga dalam memenuhi standar administrasi pendidikan. “Guru belum memahami penyusunan perangkat pembelajaran seperti RPPH, dan ruang kelas sangat minim pajangan atau suasana yang menyenangkan,” tambahnya.
Bagaimana Program Pendampingan Ini Dilaksanakan?
Kegiatan pengabdian dilakukan di dua lokasi mitra, yakni PAUD Al-Muslimun di Desa Gempolsari dan Pos PAUD Pelangi di Desa Ketegan. Seluruhnya berada di wilayah Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. Metode pelaksanaan dirancang berbasis kebutuhan mitra melalui tahapan observasi, pelatihan, pendampingan, dan evaluasi.
Tiga fokus kegiatan dijalankan secara intensif:
- Pelatihan penyusunan perangkat pembelajaran dan APE
Guru dibekali dengan kemampuan menyusun RPPH sesuai tahap perkembangan anak. Pelatihan juga mencakup pembuatan APE berbasis tema, seperti “Binatang”, “Lingkungan”, hingga “Alat Komunikasi”. “Kami tidak hanya memberi materi, tapi juga melakukan microteaching dan praktik langsung membuat media dari barang-barang sekitar,” jelas Vanda Rezania, anggota tim pengabdi. - Perbaikan manajemen lembaga
Tim membantu menyusun sistem administrasi yang tertata, termasuk buku induk siswa, absensi, notula rapat, hingga proposal legalitas pendirian lembaga. “Administrasi ini penting untuk mendukung keberlangsungan Pos PAUD, sekaligus memenuhi syarat akreditasi,” kata Evi Destiana. - Pelatihan keterampilan orang tua
Parenting diberikan kepada wali murid terkait pola asuh anak usia dini, sekaligus pelatihan keterampilan seperti boga dan kerajinan tangan. Hal ini bertujuan mendukung perekonomian keluarga dan memperkuat sinergi pendidikan di rumah.
Seluruh kegiatan dilaksanakan dengan keterlibatan aktif mitra dan respons yang sangat positif. “Bunda-bunda PAUD kini mulai lebih percaya diri dan bersemangat merancang kegiatan yang sesuai dengan karakteristik anak,” ungkap Dr. Nisak.
Apa Hasil dan Dampak dari Kegiatan Ini?
Program ini menghasilkan sejumlah capaian nyata yang signifikan. Pertama, guru mulai mampu merancang perangkat pembelajaran dan mendesain lingkungan belajar yang lebih menarik. Kelas yang semula kosong kini dilengkapi pajangan edukatif buatan guru sendiri. Kedua, Pos PAUD mulai memiliki sistem administrasi yang rapi dan siap digunakan sebagai data dasar akreditasi.
“Yang paling menggembirakan, kini para guru tidak lagi takut membuat media belajar sendiri. Mereka lebih kreatif dan terinspirasi dari pelatihan yang kami lakukan,” kata Vanda.
Selain itu, orang tua juga mulai menunjukkan peningkatan kesadaran pentingnya pendidikan anak usia dini. “Kami mendapatkan banyak testimoni dari wali murid bahwa mereka jadi lebih perhatian terhadap tumbuh kembang anak setelah mengikuti parenting,” tambah Evi.
Menurut tim pengabdi, pembelajaran di PAUD harus selalu mengacu pada prinsip bermain sambil belajar, disesuaikan dengan tahap pencapaian perkembangan anak. “Kami berharap para guru PAUD tidak hanya menjalankan rutinitas, tetapi menjadi fasilitator yang paham betul dunia anak,” tegas Dr. Nisak.
Penulis: Mutafarida